Bapakku, Oh Bapakku

Tentunya bagi orang normal, ayah yang menyenangkan adalah seorang yang asik, pintar, enak diajak bercanda, tampan dan berani.

Mungkin aja, setelah melihat bapakku, kalian bakal langsung iri hati dan protes pada ayah kalian.

Tapi sebenarnya dia bukan orang seperti itu. Waras aja kayaknya nggak.

****

“WIRAAAAA BANGUN UDAH ADZAN SUBUH”

“……..”

“WIRA, BANGUN”

“……..”

*BYUUURR*

“ANJRIT, PAK! WOLES PAK! AKU DURUNG MATEK AJA DIADUSI SEK!”

Ya, yang membangunkanku barusan adalah bapakku, Dana. Tampang high class, meraih jabatan tinggi di perusahaan, disukai banyak wanita. Sekilas ia nampak sempurna.

Tapi ‘nampak’ bukan berarti ‘benar-benar’, kawan, ingat itu.

Sesungguhnya ia adalah seorang yang agak sinting, entah kenapa. Mungkin aja luka di keningnya itu sebenarnya luka jahit operasi penggeseran otak sehingga dia jadi agak stres begitu. Atau mungkin karena ia terlalu lama menjadi duda lapuk sehingga ia agak bosan lalu dilampiaskan ke anaknya ini.

Ah, iya kita belum kenalan. Namaku Wira, pelajar kelas 2 SMA, 17 tahun. Dan disini, tugasku adalah mengurusi rumah dan bapakku, duda umur sekian puluh tahun namun mempunyai akal seperti balita. Ya, contoh kelakuannya seperti tadi, membangunkan anaknya dengan air bekas pel.

****

“Bapak bikinin sarapan, ya?”

“Hah, emang bisa?”

“Bisalah, tuh udah ada nasi goreng bikinan bapak, dimakan ya

“Emoh, ra enak”

“Jangan mengeluh, makan”

“Wegah”

“Bapak suapin?”

“ASTAGHFIRULLAH, PAK”

Konon, ada cerita kalau dulu waktu SMA, bapakku suka bikin penelitian. Nasi goreng yang dicampur sama obat pencahar biar yang makan tambah kurus, lah. Atau obat kuat dari perasan kond*m, lah. Sampai sekarang bapak juga masih suka nyampurin benda asing ke makananku. Aku juga nggak ngerti kenapa. Makanya aku lebih suka masak sendiri ketimbang makan masakannya bapak.

****

Saat aku tengah sibuk mencuci piring, terdengar suara cewek yang tak asing lagi di telingaku.

“Aku berangkat dulu, ya”

Barusan yang bilang begitu tadi itu Sania, tetanggaku, yang juga merangkap jadi teman sekolahku dan gebetanku. Orangnya cantik, alim, pinter, anggota OSIS lagi. Aku juga anggota OSIS sih, tapi badgenya doang.

“Cewekmu, Wir?”

“Calon, pak. Doain ya, pak”

“Tembak aja langsung kenapa”

“Kalo gampang udah jadi cewekku sekarang, pak”

Bapak cuman ketawa sambil benerin kacamatanya, keliatan banget kalo ngetawain anaknya. Ngeselin emang.

“Emang bapak pas ketemu ibu gimana coba?”

“Ya gampanglah tinggal rayu, bapak kan udah ganteng. Nyatanya mukamu termasuk itungan gondhes cakep kayak bapak dulu”

Sampe sekarang situ tetep gondhes, pak, ngaca, batinku.

“Tapi emang dulu ibumu rada galak, masa waktu SMA, ibumu cuman seperutnya bapak, ya terus bapak kuwelin aja rambutnya. Eeh, tau-tau disikut sama ibumu, hahahaha lucu ya”, bapak mulai ketawa sendiri.

Lucu ndhasmu dijahit wi, pak. Kuwi jenenge lara dudu lucu. Sinting.

“Btw, kok kamu nggak sekolah?”

“Lha tadi Sania itu keluar mau ngapain?”

“Ya, sekolah to? Kamu yang sekolah aja gak tau apalagi bapak”

“INI MINGGU, PAK”

“Oh, ya mbuh, ngaji paling”

“Subhanallah, calon istriku….”

“Anakku kapan kayak gitu ya”

“Ya, mbok bapak aja dulu baru anaknya. Kasih teladan yang baik”

“Teladan kan panggilannya masnya Sania itu to”

“Mbuh, pak, cidhuk, pak. Kesel omong karo kowe”

Emang, bapakku ini ngeselin banget. Kayak tiada hari tanpa adu mulut sama bapak. Tapi mungkin niatnya juga biar aku seneng soalnya ibu udah lama nggak ada….

Haha, cheers guys! Nggak usah pada nangis gitu, toh udah lama juga, jadi nggak kepikiran lagi deh. Dan lagi, sebenernya ini hari Sabtu, aku cuman ngeles aja biar dibolehin bolos.

****

Tapi ada kalanya kita juga saling kompak kok. Pernah waktu itu tuh ada temen kerja bapak, cewek cantik namanya Adriana. Katanya dia naksir bapak tapi bapak nggak mau. Dan suatu saat dia mampir ke rumah. Otomatis bapak langsung kalang kabut terus cari cara biar bisa ngusir Adriana.

“Inget ya, posisimu waktu si cewek kesini”

“Siap, pak, di kamar kan pak?”

“Bagus, anak bapak tumben pinter”

Tahu-tahu bel pintu berdering. Aku langsung lari ke kamar waktu bapak mulai buka pintu.

“Assalamualaikum”

“Walaikumsalam, masuk dulu mbak”

Si Adriana duduk di kursi sebelah meja tamu. Bapak duduk di kursi sebelahnya. Terus biasalah, basa-basi, rumah dimana, sodara berapa, kerjaan gimana.

Setelah beberapa lama, barulah siasat benteng stel–ehem, mengusir mbak-mbak cantik ini kita laksanakan. Sayang banget padahal cantik, alim pula, tapi bapak malah nggak suka. Mending buat akulah, pak, dasar gagal move on.

“PAAAAKK INI APAAN ADA PUTIH-PUTIH KAYAK LEM DI KASUR?!”

Kontan si Adriana langsung kaget.

“Pak….?”

“Oh, gapapa itu anak saya lagi bersihin kamar”, ujar bapak (sok) ramah.

“PAK, APAAN SIH INI FIESTA STROBERI DI KASUR?! ENAK JUGA DUREN”

Adriana menelan ludah. Dia mulai canggung, mikir yang nggak-nggak. Sementara bapak dalam hati bahagia rencananya hampir sukses.

“PAK INI APAAN ADA VIAGRA SAMA BEKAS BALON?? VIAGRANYA ABIS LAGI, ANJING BARU AJA MAU MINTA! EMANG BENDANYA BAPAK KURANG GEDE APA?!”

Dan, yess! Adriana langsung nggak tahan lalu pamit pulang. Setelah bapak nganter Adriana sambil minta maaf di depan rumah, dia langsung lari-lari bahagia kek kelinci kesurupan.

“KAMU MEMANG ANAKKU YANG PALING CERDAS, NAK. PERSIS BAPAKNYA”

“Yaila, pak, anak lo juga cuman satu belom sempet bikin baru lagi”

“Ya ya, kamu mau minta apa? Bapak beliin sebagai tanda terima kasih”

“Mau jodoh”

“Le liyane, bapak ra nduwe”

“Viagra?”

“KOWE ISIH SMA, MEH NGGO NGOPO?! NGENTH*?!”

“Canda, pak. Ya wislah, mangan wae yo. Mekdi, cis berger, wedange kopi panas, deal?”

“Deal”

“Siiipp, mancal yo pak”

****

Ya, itu tadi cuman sepenggal kecil dari pengalaman hidupku bersama bapak. Walaupun rambutnya merah ngejreng kek anak punk, mantan gondhes, otaknya kek anak esde, sukanya menjadikan anaknya kelinci percobaan substansi aneh ciptaannya, tapi aku tetep sayang bapaklah. Intinya syukuri aja bapak kalian mumpung masih punya bapak. Toh, tanpa sel spermanya bapak kalian, kalian gak bakal lahir lho, jadi sayangilah bapak kalian ya.


(( sebelumnya hai, ini w kerjain di hp jd font dsb amburadul begini anw enjoy dad!6 and son!16 alias keluarga preman wwww credits to mimin PAF alias Padz And Friends ))

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

“Katanya kamu cowok, Wir. Gondhes Tamansari kok cemen”

Mendengar kata-kata yang terucap dari mulut Nawa, telinga pemuda jangkung berambut hitam berantakan tersebut langsung panas. Ia merasa harga dirinya diinjak habis oleh kawannya itu.

Tapi, sesungguhnya Wira sendiri memang penakut. Ia sangat membenci hal-hal berbau mistis dan horor. Mendengarnya saja sudah membuatnya merinding.

“Bajingan, aku ra wedi, tho”

“Prek, lha mbok mrene su, melu ngantri. Kurang sak wong lho”

Wira menelan ludah. Nyalinya mulai menciut. Tapi ia tidak terima. Ia tidak sudi dirinya diejek begitu saja.

“Oke, aku melu”

“Nah, lanangan ki ngono kuwi lho”

Pemuda itu hanya memasang cengiran. Sebenarnya ia agak menyesali kata-katanya tadi. Selain karena ia ketakutan, bisa-bisa ia menjadi obat nyamuk bagi teman-temannya yang memanfaatkan permainan rumah hantu sebagai momen untuk berpacaran. Sebut saja Nawa dan Tita yang baru tiga bulan jadian, juga Satria dan Sania yang sudah tepat setahun jadian.

Lalu Wira? Boro-boro cari pacar, cewek saja tak ada yang mau dekat-dekat. Siapa juga sih yang mau bergaul dengan preman titisan setan macam dia. Tiap pagi bukannya sekolah malah sarapan di warung burjo terdekat sambil merokok, siangnya tawuran kalau nggak ya corat-coret tembok, malamnya balapan motor atau main remi. Akibatnya nilainya jadi hancur. Pokoknya nyaris tak ada bagusnya sama sekali.

Satu-satunya hal positif dari dirinya adalah bakatnya bermain gitar dan menyanyi, walaupun lagu yang ia nyanyikan sering bertema hal-hal tak senonoh. Oh, dan ia juga membuka usaha jual pulsa dan kartu perdana.

Ya, kembali ke rumah hantu.

“San, kamu ada duit lima ribu nggak?”

“Kenapa? Uangmu gede semua?”

“Enggak, duitku entek nggo tuku bensin”

“Yaudah aku bayarin dulu, nukernya kapan-kapan”

“Makasih, San”

Dari belakang Nawa mendekati Wira,

“Modusmu busuk, Wir. Ketok le ra iso move on”

“Tak pangan cangkemmu we, su. Aku wis terlatih patah hati”

Pemuda berambut hitam jabrik ini menyukai Sania, gadis lembut berkacamata yang selalu ada di saat ia membutuhkan contekan atau hafalan. Tapi sayang, Sania sudah berpacaran dengan Satria, sang ketua OSIS. Tragisnya lagi yang membantu mereka jadian adalah Wira.

Sesudah mendapatkan karcis, mereka segera masuk ke dalam wahana rumah hantu. Sania dan Tita segera menggamit lengan pasangan lawan jenisnya. Wira sendiri, hanya berjalan sok cool sambil melipat tangannya di depan dada.

Sudah jadi obat nyamuk, lalu masuk ke wahana penuh hantu, lalu selanjutnya apa? Masuk ke wahana ferris wheel? Menonton orang pacaran dari atas sambil diputar-putar beberapa kali dan duduk sendirian? Atau naik kora-kora, menjerit sendirian di bangku paling belakang? Lebih baik Wira pulang lalu berbaring di kasur sambil bermain LINE Get Rich atau menulis status galau di facebooknya.

“Haha, masnya yang di belakang jomblo ya, mas?”, ejek Nawa.

“Haha, asu…. hahaha”, Wira hanya tertawa. Tawa miris tentunya.

Tiba-tiba terdengar backsound tawa kuntilanak dan berbagai suara mistis lainnya yang sukses membuat bulu kuduk merinding.

“Tenang, sayang. Itu kan cuma suara bohongan”, ujar Satria sambil mengelus lembut kepala Sania.

“Rasah wedi, Ta. Kan ana aku”, kata Nawa seraya merangkul pundak Tita.

“Anjing, kok panas ya”, umpat Wira di dalam hati.

Lalu tak lama kemudian muncul replika hantu yang tentu saja bukan sungguhan. Namun tetap saja membuat para gadis (dan Wira) kaget hingga memeluk pasangannya (kecuali Wira).

Ampun, aku ingin cepat pulang, lama-lama aku tak betah di sini, bensin motorku belum diisi, batinnya.

Setelah itu berbagai macam makhluk-makhluk menyeramkan mulai muncul. Bukan sungguhan tentunya. Ada yang berupa gambar proyektor, replika yang tiba-tiba muncul atau terjatuh, bahkan ada hantu yang diperankan manusia sungguhan yang lari mengejar mereka.

“Nawaaa, kok makin lama makin nyeremin sih ini”

“Bentar lagi sampe luar kok, peluk aku aja kalo takut”

“Satria….”

“Kalo takut istighfar aja, San”

Sementara itu, Wira sudah terlihat berkeringat dingin karena sedari tadi ia menjadi sasaran hantu-hantuan tanpa ada seseorang yang tubuhnya bisa ia jadikan pelindung.

“Wir, udah nyerah?”

“H-hah–? Tanggung, nih, hahahaha”

Padahal dalam hati ia ingin cepat-cepat pergi menjauh entah kemana.

“Wah, itu pintu keluarnya”

“Ayo, ayo buruan lari”

Nawa dan Satria langsung menarik tangan pasangannya dan segera lari ke arah pintu keluar.

“Wah, akhirnya keluar juga”

“Gak seru ah, gak nyeremin”

“Iyalah, kamu sembunyi terus, Ta”

“Lho, Wira mana?”

“Pulang duluan paling, San. Kita juga pulang, yuk”

“Ke angkringan dulu, lah! Laper, nih”

“Oke, ayooo”

Padahal, sebenarnya Wira masih terjebak di dalam rumah hantu. Ia tersesat, dan sialnya diseret hantu-hantu gadungan yang ternyata waria-waria penggoda jejaka muda. Sesuatu yang lebih Wira takuti daripada hantu atau polisi.

“Masnya, jomblo kan~? Disini aja, main bareng kita~”

“Ng-nggak–makasih–”

“Lho, kok jahat gitu~? Aih, dasar ganteng”

Salah satu dari ‘wanita-wanita’ berwajah garang itu meraba-raba tubuh Wira. Ada pula yang mengelus leher jejaka muda berambut jabrik hitam tersebut.

Pemuda itu kontan saja langsung merinding. Ia segera menarik diri lalu berlari secepat kilat keluar dari neraka berkedok wahana hiburan itu. Ia segera mencari kawan-kawannya ke sekeliling wahana namun gagal menemukan mereka. Kemudian ia ambil HPnya lalu ia telepon Sania.

“Halo, Wir?”

“San, kamu dimana? Aku masih di Sekaten. T-tadi kesasar…”

“Oh, kita habis makan. Sekarang otw pulang. Udah ya aku lagi di jalan, bye”

Dan, percakapan mereka pun terputus. Hari ini sukses menjadi hari terburuk yang dialami seorang Wirasabha. Jejaka muda tersebut langsung berjalan gontai ke tempat parkir lalu mengambil motornya.

Tapi nampaknya dewi Fortuna sedang berpaling darinya.

Ia melirik ke arah speedometernya, dan menyadari sesuatu. Bensinnya habis. Dan tempat penjualan bensin di sekitarnya hampir semuanya sudah tutup.

“Bangsat…..”

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hadiah

“Nggak mau!”

“Tapi aku kan masmu. Cuman sedikit pelukan sa—”

“MAS DENGER NGGAK, SIH?! AKU NGGAK MAUUU!! RISIH TAU!”

Namun Raihan masih tak ingin menyerah. Ia mendekati adiknya seraya merentangkan tangannya, berusaha memeluk adiknya, Fahri.

“Ayolah, aku kakakmu, bolehkan? Ya?”

“BAJINGAK! KANDHANI WEGAH YO WEGAH!”

Fahri langsung mendorong tubuh Raihan hingga yang bersangkutan menjauh beberapa langkah.

“Serem e we nek nesu….”

“Yo wis, gene ngerti”

Fahri membalikkan badannya lalu berjalan pergi meninggalkan kakaknya. Ia nampak buru-buru dan menyembunyikan sesuatu, entah apa itu.

“Lho, kamu mau kemana e? Nanti mas sama adik-adik mau pergi, lo”

“Nggak tahu lah mas. Cari angin”, jawabnya cepat. “Udah ya mas, assalamualaikum”

“Hah–eh, wa’alaikumsalam! Ati-ati dik”

☆☆☆☆☆

Semburat merah terlihat jelas di wajah pemuda albino berhoodie biru itu. Ia sedang sibuk memilih hadiah yang pas untuk kakaknya. Membayangkan hal yang disukai kakaknya saja sudah membuatnya malu apalagi pelukan kakaknya. Bisa-bisa ia meledak.

“Dompet? Kakak sudah punya yang dari kulit. Celana? Sudah ada banyak. Baju? Kakak bukan orang yang modis. Lalu apa ya, bagusnya?”, pikirnya.

Walaupun Fahri terlihat kurang akur dengan Raihan berbeda dengan keenam adiknya yang lain, namun sebenarnya ia sangat menyayangi dan menghormati kakaknya. Menurutnya, kakaknya adalah orang yang kuat, dan sebenarnya baik hati, terlepas dari kelakuannya dan kebiasaannya berkelahi.

Hanya saja, Fahri paling sebal kalau kakaknya hendak memeluk tubuhnya. Kulitnya agak sensitif terhadap sentuhan, karena itu ia sering merasa risih akan kelakuan kakaknya. Tapi bukan berarti ia membencinya.

“Oiya”, Fahri mengingat sesuatu. “Jam tangan kakak kan rusak. Ya sudahlah, jam tangan saja deh”

☆☆☆☆☆

“Haaahh……”

“Kenapa, mas?”, tanya Ghaffar, salah satu adiknya.

“Fahri…. setiap mau dipeluk selalu saja kabur…. Jangan-jangan dia sebal padaku ya”

“Enggaklah, mas. Paling dia malu-malu kucing gitu”

“Atau paling mas kurang ganteng, jadi Fahri emoh sama mas”, sahut Fauzan, adik Ghaffar.

“Matamu, su. Aku ki bagus yo”, ujar Raihan sambil berkaca di handphonenya.

“Kowe ki dudu bagus mas. Kowe ki Raihan”, tukas Fauzan.

Hening.

“Ah, yo wislah paling ntar malem Fahri yo pulang. Yo, kita juga pulang”, Raihan bangkit dari kursi kayu, diikuti oleh Fauzan dan Ghaffar.

“Pulang ke Rahmatullah, mas?”

“Zan, lambemu pengen tak lakban ra?”

☆☆☆☆☆

Malamnya, kamar Raihan masih terlihat sepi, gelap, tak ada orang, masih berantakan seperti biasa. Dan kesempatan itu dimanfaatkan Fahri untuk mengendap-endap ke kamar Raihan sambil membawa sekotak kado yang telah dibungkus rapi.

“Mudah-mudahan mas suka”, batinnya.

Namun tiba-tiba Fahri merasakan ada beban yang menempel di punggungnya dan tangan yang melingkar di lehernya.

“ASTAGHFIRULLAH HAL ADZIM LAA ILLAHA ILLALLAH, TOLONG MAS AKU KETEMPEL—”

“AKU MASMU, RI, MASMUUUU, MAKANE LAMPUNE DINYALAIN SEK”

Fahri langsung menekan saklar di sebelahnya, dan benar saja.

Ternyata Raihan yang barusan memeluknya dari belakang.

“NGAGETI TENAN KOWE, SU, BAJINDHUL! MARAI MANGKEL, NEK AKU JANTUNGAN PIYE?!”

“YO WOLES WAE KELES, NDHES!”

“WOLAS WOLES, WOLES SEPATUKU, NYOH CUK!”

Ya, seperti biasanya, mereka adu mulut lagi. Kata-kata pelangi keluar dari mulut masing-masing pemuda albino itu.

“Eh, eh, tapi makasih yo kadone. Ketoke apik e”

Wajah Fahri memerah, entah ia harus merasa senang atau malu.

“Ya, s-sama-sama….”

“Rasah sok isinan ro aku, Ri”

“Sopo sek isinan, njing”

Hening. Sesaat kemudian, gelak tawa terdengar.

“Aku sayaaaaanngg adhiku”

“Aku ora”

“Eh, candalah mas, aku s-s-sayang mas, kok. Kalo mas berhenti melukin”

“Oh, sori hehe”

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Maps

I miss the taste of a sweeter life
I miss the conversation

Berulang kali ia melirik jam dinding di ruangannya. Berulang kali ia menatap pintu ruangannya. Namun orang itu tak kunjung datang. Pria berkacamata itu hanya bisa menghela nafas berat lalu berucap lirih,

“………….. Gion ………………”.

I was there for you
In your darkest times
I was there for you
In your darkest nights

“Kugiyama….”, panggil pemuda berambut hitam di sebelahnya lirih.

“Ada apa ?”

“Seandainya aku menghilang, apa yang akan kau lakukan ?”
Ia tertegun seraya membetulkan posisi kacamatanya. “Tentu saja aku akan mencarimu”.

“Lalu pekerjaanmu ? Sora ?”

“Biarkan saja. Dan, bukannya Sora itu urusanmu ?”

Pemuda berambut hitam itu hanya tertawa lalu memegang erat tangan pria di sebelahnya erat. Sedangkan pria itu terdiam, menatap lekat-lekat wajah sang pemuda. Seolah Gionshian—nama sang pemuda—yang saat ini ia ajak bicara adalah orang yang berbeda.
Namun, sang pria berkacamata tetap menunjukkan senyumnya seraya membelai lembut rambut Gion dengan tangan belulangnya. Ya, benar-benar tangan belulang, karena suatu hal, ia kehilangan otot dan kulitnya, menyisakan tulang-tulangnya yang tertutupi kemeja dan sarung tangan.

Sang pemuda tidak berkata apapun dan membiarkan jemari belulang sang pria menyentuhnya lembut—-seolah itu akan menjadi adalah hal terakhir yang ia rasakan. Mungkin.

And now I can’t get over you
No, I just can’t get over you

“Sudah seminggu lebih tapi masih tak ada kabar darinya”, ujar sang pria berkacamata sambil berbaring, menatap kosong jam dinding yang tergantung di kamarnya. Alisnya berkedut, bibirnya berdecak, lalu ia segera menyambar kemeja putih dan kunci mobilnya.

“Gion…..”

So I’m following the map that leads to you

Seorang pemuda berambut hitam tengah berjalan gontai di antara kerumunan orang. Matanya yang kosong memandang ke depan—entah apa yang dilihatnya atau ditujunya tidak ada kepastian.

“Gion !”

Pemuda itu menengok ke belakang, “Kugiyama……. ?”

“Aku mencarimu kemana-mana, tahu. Kau kemana saja ?”

Pemuda itu tetap tak bergeming.

“Hei, Gion !”

Masih diam saja.

Kesal, pria berkacamata itu menggoyangkan tubuh sang pemuda. Namun hasilnya tetap sama.

“Kau ini kenapa, sih ?”, gerutu sang pria berkacamata yang akhirnya memeluk pemuda itu—-walaupun hasilnya tetap sama. Kali ini sang pemuda mendorong pelan tubuh pria itu. Senyuman tipis dan pandangan mata yang hampa tergambar jelas di wajahnya. Dengan lirih ia berkata,

“Maaf, Kugiyama……. Gionshian yang kau kenal sudah lama mati………”.

“……….. ah ?”

-end

(( YOOOO HAPPY LATE BIRTHDAY ASAOOOO and happy VERY EARLY birthday Indita & Unyan. Maaf kadonya kecepetan soalnya baru sempet ngetik kemarin-kemarin dan mungkin selanjutnya udah nggak sempat lagi hehe. Dan sori kalo jelek wwww ;;;;

Kenapa Maps ? Soalnya lagunya bikin candu dan ngena apalagi ke anak-anak—eh OC //PLAK ))

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Fear, and Loathing in Las Vegas – Scream Hard as You Can Lyrics

kaget ternyata lirik bersihnya gini

Despair Romaji ~絶望ローマ字~

Fear, and Loathing in Las Vegas – Scream Hard as You Can
Lyrics and Music by: FALILV

I am gonna take all pain you carry (and) pull you out from the dark!

“it’s not this and it’s not that…”
mumbling the same phrases over and over
can’t make the right decision
feel’s like you’ve been thrown somewhere on your own
suddenly, in middle of no where with no others to talk or (to) rely on

Despondency
nostalgic memories entwines you like a vine
stabs you with thorns

You carry so much pain inside
why do you act to be strong?
you bluff and say you are okay
wicked smile proves you aren’t
don’t you be crying because sad face does not suit you
all I want is you
please keep smiling

Sun shine gradually fades away and clouds the answer
stay strong

Formulas and equations is no longer there
decisions…

View original post 174 more words

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Prisoner [R18]

Pemuda berambut hitam lurus itu mengetuk jeruji selnya berulang-ulang sambil memanggil sipir penjara yang berdiri di seberangnya,

“Hei, pak polisi ~, kau mendengarku tidak ~ ? Paak polisiiii ~”.

Sipir itu membuka matanya—rupanya ia sejak tadi berulang kali menguap dan nyaris tertidur karena lelah. “Apa ?”, sahutnya dengan nada tegas.

“Kau dari tadi terlihat mengantuk, sih. Jadi aku berusaha membangunkanmu. Berterimakasihlah padaku, dong”, gerutu sang tahanan.

“Iya, iya, terima kasih, puas ?”, jawab sipir itu ketus. Sang tahanan tertawa kecil. Sipir itu hanya terdiam seraya mengedutkan alisnya.

“Ucapan saja tidak cukup untuk memuaskanku. Bagaimana kalau kau masuk ke selku? Toh, tidak ada siapa-siapa disini kecuali kau dan aku. Apalagi tak ada kamera pengawas di sini”

“Ap—-“

Tahanan itu menarik kerah baju sang sipir hingga jarak di antara mereka cukup dekat kemudian menciumnya. Lidah mereka saling beradu, meninggalkan bekas saliva berceceran di wajah masing-masing insan.

“H—hei, apa-apaan——-“ “Sekarang, buka pintu selku lalu masuk kemari, pak polisi ~”, pinta sang tahanan dengan nada manja. “Atau lebih baik kau kupanggil dengan nama aslimu, ya, hmm, Gion-kun ~ ?”, ia melirik ke arah tulisan nama yang tertera di baju sang sipir.

Sipir berbaju hitam itu menghela nafas panjang lalu membuka pintu sel sang tahanan dan kemudian masuk ke dalamnya. Tiba-tiba sang tahanan mendorong tubuh Gion ke tembok lalu membuka paksa baju sang sipir. “Hentikan ! Atau kupanggil sipir yang lain ! Uh—-”, belum selesai bicara mulutnya sudah dibungkam oleh sang tahanan.

“Lebih baik kau menurut saja, Gion-kun. Atau hal ini bisa menjadi lebih buruk. Kau mau reputasimu memburuk gara-gara temanmu kemari lalu melihat kita ? Tidak, kan ? Makanya lebih baik kau diam, dan jadilah polisi manis yang penurut. Oh iya, dan panggil aku Sora, oke ?”. Sora lalu membuka paksa kancing baju Gion kemudian tangannya masuk menggerayangi dadanya.

“Jangan—-“

“Hmm ? Badanmu sensitif, ya. Polisi ternyata bisa seimut ini juga. Atau aku yang terlalu jahat padamu ?”, Sora tertawa kecil lalu membuka celana sang sipir. Yang bersangkutan hanya terdiam dan memalingkan wajah, berusaha menyembunyikan semburat merah tanda rasa malunya.

“Hee, sudah sekeras ini ? Oi, oi, Gion-kun, kau ini masih perjaka ya ? Belum pernah melakukan seks sebelumnya, ya ?”, lagi-lagi sang tahanan tertawa kecil sambil memainkan jemarinya di barang milik Gion. Lalu ia menggigit leher sang sipir, meninggalkan bekas kemerahan di sana.

“B-berisik………. henti.. kan..”

“Tidak semudah itu, pak polisi ~. Karena kita sudah melakukan hal ini, jadinya hubungan kita tak bisa dibilang dangkal, kan ?”, ujar sang tahanan yang kemudian mencium singkat pipi sipir itu.

Sora mulai melepas celananya lalu memasukkan barangnya ke dalam milik Gion begitu saja. Sementara sang sipir hanya bisa mengerang kesakitan.

“Suaramu saat diperkosa begini merdu juga. Lama-lama aku jadi menyukaimu, Gion-kun, bagaimana ini ?”

“Diamlah……” “

Kau menyukainya juga, kan ?”

“Aku bilang diam…….. !”

“Wah, pak polisi menakutkan ~, tapi tetap saja imut di mataku”

Sang tahanan kembali melanjutkan aktivitasnya. Dan sang sipir hanya bisa menunduk di bahu Sora, menutupi wajah malunya. Sesekali ia terdengar mendesah kesakitan.

“Pak polisi, kau terlalu ketat”

“………..”

 

 


 

 

“Pak polisi, kau cukup menyenangkan juga, ya. Mungkin sesekali kita perlu melakukan hal ini lagi”

Gion hanya terdiam sambil mengenakan bajunya kembali.

“Tapi, kau tahu pak polisi, hal itu takkan terjadi. Karena kau akan berakhir di sini”

Sang tahanan mengambil cutter yang ternyata sedari tadi ia sembunyikan lalu menusuk dada sang sipir hingga baju yang ia kenakan berlumuran darah.

“Kau orang yang baik, Gion-kun. Dan aku menyukaimu. Tapi, maaf saja, penjahat tetaplah penjahat”, Sora tertawa kemudian meninggalkan Gion sendirian, terkapar di lantai yang dingin dan penuh darah…

-end-

(( MY FIRST SMUT FIC AND I THINK IT’S BAD???? PADAHAL KALO RP-AN LANCAR JAYA HSJDHAKHKD //DUAKK well buat mamah Ndita, ergh, jelek nih ma, ergh maafkan papah,,,, papah akan berusaha nulis dengan baik dan benar lagi ergh,,,, bye ))

Posted in Uncategorized | Leave a comment

「Lost」

Orang mati takkan bisa hidup lagi. Bahkan anak kecil saja tahu akan kenyataan itu.

Tapi ia takkan percaya dengan hal itu. Ia masih tak mau menerima kenyataan kalau kekasihnya—orang yang paling ia cintai dan mengerti dirinya—sudah lama meninggalkan dia sendirian di dunia fana ini.

“Tidak….. ia masih hidup….. Ia hanya pergi sebentar…. Ia pasti kembali…..”, pikir pria itu.

Menyedihkan. Satu kata yang tepat untuknya.

Ia masih sangat, sangat mencintai kekasihnya. Ia masih ingat semua hal tentang kekasihnya, baik dari penampilan sampai kebiasaannya. Baginya, sang kekasih adalah kompas hidup—penunjuk arah jalan yang ia tempuh, agar ia takkan tersesat lagi.

Tapi, kini, ia sudah benar-benar kehilangan arah dan tak mau mengakuinya.

Pria berambut cepak kemerahan itu mengelus pipi pemuda yang terbaring di depannya. Ia mencengkram kedua pergelangan tangan pemuda itu lalu mencium bibirnya dengan lembut. Pemuda berambut hitam yang ada di depannya hanya terdiam, kemudian meneteskan airmatanya. Ia menyadari kalau pria—sahabat masa kecilnya—yang ada di hadapannya telah berubah 180 derajat.

Rusak. Kehilangan akal.

Tapi, kenyataan memang selalu kejam, bukan? Bahkan kedua orang itu tahu persis akan hal tersebut. Jadi, wajar kan kalau mereka tak pernah mau menerimanya?

“Ossan, aku—-“

“Aku mencintaimu, Henrietta. Dan akan selalu mencintaimu”, bisiknya.

Sang pemuda mengelus lembut kepala pria itu, lalu membalas perkataannya dengan nada lirih,

“….. ya……., Gavrael….”

 

 

-end-

 

 

( sesungguhnya gue ini ngetik apa hehergh gue bosen terus gtw lagi hehe surprise buat Unyan sama mamah Ndita, sori minjem nama bentar huhuh /ngglepar papa bosen nak terus ide ini muncul pas papa bangun hahahahaha(ry //bukannyanugas //malahbegini )

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Kayaknya sih drabble M24 + JB ??

“PANDU !!”

Pemuda berambut gondrong itu berteriak memanggil nama temannya yang disekap di kastil tempatnya berada, berharap jika ada respon—walaupun hanya sebatas suara—yang menandakan kalau Pandu masih hidup dan ada di sana.

Namun, kenyataan tidak pernah bersikap baik.

Yang menyambut Julian di sana adalah sesosok pemuda berjubah hitam yang tengah duduk memangku Pandu yang kini penampilannya jauh berbeda dari sediakala. Pakaian serba hitam, belenggu di leher, dan pandangan mata kosong. Semua itu kini menghiasi penampilan Pandu. Seolah-olah Pandu yang dahulu dikenal sebagai orang yang ceria telah menghilang—atau mungkin sejak lama ia sudah mati.

“Ara~? Pandu, lihat. Temanmu baru saja datang, tuh”, Fahri menunjuk ke arah Julian dan Surya yang masih terdiam. Laki-laki berambut kecoklatan itu hanya melempar tatapan kosong ke arah kedua pemuda yang berdiri di hadapannya.

“FAHRI !! APA YANG KAU LAKUKAN ?!”, Julian segera menarik pedangnya namun ditahan oleh Surya.

“Well, karena kalian terlambat menyelamatkannya, jadi aku ‘bermain-main’ dulu bersamanya untuk menghabiskan waktu. Kasihan sih, dia sudah bosan menunggu pertolongan dari kalian yang tak pernah datang. Dan sekarang, dia sudah menjadi ‘peliharaan’ku yang patuh. Jadi, siapa yang salah ? Hm ?”, jelas Fahri sambil memeluk kepala Pandu lalu menjilat telinganya. Sementara yang bersangkutan hanya terdiam, membiarkan tubuhnya dipermainkan.

“Brengsek—–“

“Kau tahu, sebelumnya dia selalu menjerit bahkan melawanku saat kami ‘bermain’. Melihatnya melakukan berbagai perlawanan sungguh menyenangkan. Tapi sekarang, ia jauh lebih patuh padaku. Tidak jelek, sih memiliki peliharaan yang patuh. Tapi, jujur saja, itu membosankan”
Fahri bangkit dari kursinya kemudian mendorong tubuh Pandu ke arah Julian. Julian segera menangkap tubuh pemuda berambut kecoklatan itu lalu menyandarkan kepala Pandu ke bahunya.

“Hey, Pandu ! Ini aku ! Kau tidak apa-apa, kan ?”

“………”

“Pandu !”

“……. siapa……… ?”

“Hey, jangan bercanda, ini aku, Julian, temanmu !”

“….. kau…… siapa….. ?”

Julian terkejut. Butuh waktu cukup lama untuk menyadari kalau sosok temannya sudah lama menghilang. Ia tidak tahu lagi siapa yang harus ia salahkan. Fahri ? Pandu ? Atau malah Julian sendiri, sesuai perkataan Fahri ?

“Sialan….. !!”, Julian memeluk Pandu erat. “Apa yang sebenarnya kau lakukan padanya, Fahri ?!”, geramnya

Pemuda berjubah hitam itu tertawa.

“Aah, melihatmu marah seperti itu cukup menghiburku juga. Yah, sebagai imbalannya, kau boleh membawanya pergi dari sini. Namun, sebelum itu, kuberi tahu satu hal”.

Fahri berjalan mendekati Julian kemudian membisikkan sesuatu,

“Bukankah wajar, jika mainan terus menerus digunakan, akan menjadi rusak dan tak bisa dipakai lagi ?”

 

 

( M24 DARK FANTASY(??) AUNYA SUDAH JADIIIIIIIIIII !!!! Buat mama Ceban yang seenaknya usul kalo 4 jadi se(ry slavenya M2 terus mau diselametin JB tapi…. hehehe btw enak tau nyiksa 4 //JAHAT //TEGA. Ya kalo ancur ya maap. Ke depannya sih udah ngerencanain Ghoul AU entah PAF entah OC tapi entahlah wwwww tunggu ajalah ntar )

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Mighty Long Fall – ONE OK ROCK [romaji lyrics]

I do not own this, source: http://www.jpopasia.com/group/oneokrock/lyrics/mighty-long-fall-decision/mighty-long-fall::227744.html

 

When we met, the pain, stood still, it was us
Then suddenly it’s where you go
It seems too blue, I knew

This side of me, I want a little more
But inside it seems, I’m just a little bored
Nothing else!

Don’t go! It’s a mighty long fall
When you thought life is tough (Whoa)
Oh no, It’s a wake up call
When your life…waiting to shine (Whoa whoa)

It seems like gravity keeps pulling us back down
Don’t go! It’s a mighty long fall
When you know time is up (Whoa whoa)

Uso hitotsu ai wo futatsu
Sorede nanto ka yarisuno shitekita deshou
Demo sore ja mou boku wo dama senai deshou
Chotto suru doushi yo

Don’t go! It’s a mighty long fall
When you thought life is tough (Whoa)
Oh no! It’s a wake up call
When your life…waiting to shine (Whoa whoa)

Egaki tagari namira iyasu wanai
It’s so dark seitamonara mitame tsuzukeyou
Tsuzukeyou!

Whoa Whoa Whoa Whoa

Get up! Get up! Get up! Get up!
Time to make amends for what you did..
Get up! Get up! Get up! Get up!
Running with the demons in your head..

Let’s shout it out completely
Never really want to know
Let’s shout it out, we’re screaming
Whoaa~

Don’t go! It’s a mighty long fall
When you thought life is tough (Whoa)
Oh no! It’s a wake up call
When your life…waiting to shine (Whoa whoa)

It seems like gravity is pulling us back down
Don’t go! It’s a mighty long fall
When you know time is up (Whoa whoa)

Don’t go! Don’t go!

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Unravel – tk from Ling Toshite Shigure [romaji full lyrics]

I do not own this. Source: http://www.youtube.com/watch?v=0YVbdpU_HKs&fulldescription=1&client=mv-google&hl=id&gl=ID&guid=&app=desktop

 

Oshiete, oshiete yo, sono shikumi wo
Boku no naka ni, dare ka iru no?
Kowareta kowareta yo, kono sekai de
Kimi ga warau, nani mo miezu ni

Kowareta boku nante sa
Iki wo tomete
Hodokenai, mou hodokenai yo
Shinjitsu sa e, freeze

Kowaseru, kowasenai
Kurueru, kuruenai
Anata wo mitsukete.

Yureta yuganda sekai ni tatta boku wa,
Sukitootte, mienakunatte
Mitsukenai de boku no koto wo,
Mitsumenaide

Dare ka ga kaita sekai no naka de
Anata wo kizutsuketaku wa nai yo
Oboete te boku no koto wo
Azayakana mama

Mugen ni hirogaru kodoku ga karamaru
mujaki ni waratta
kioku ga sasatta

ugokenai, hodokenai
ugokenai, hodokenai
ugokenai, ugokenai yo
UNRAVEL GHOUL!

kawattashimatta, kaerarenakatta
futatsu ga karamaru, futari ga horobiru
kowaseru kowasenai, kurueru kuruenai
anata wo kegasenaiyo

Yureta yuganda sekai ni tatta boku wa,
Sukitootte, mienakutte
Mitsukenai de boku no koto wo,
Mitsumenaide

Dare ka ga shikunda kodokuna wana ni
mirai ga hodoketeshimau mae ni
omoidashite boku no koto wo
azayakana mama

wasurenaide, wasurenaide
wasurenaide, wasurenaide
kawatteshimatta ni koto ni PARALYZE
kaerarenai koto darake PARADISE
oboetete boku no koto wo

oshiete oshiete
boku no naka ni, dare ka iru no?

Posted in Uncategorized | Leave a comment