Farewell

Manusia selalu membutuhkan orang lain. Tanpa orang lain, manusia hanya sendirian, tidak lengkap, sama dengan makhluk lainnya. Dan perlahan, mereka akan hancur oleh kesendirian itu sendiri.

Setidaknya itulah yang dialami Kurotsuki Ren. Semenjak sahabatnya meninggal, ia berubah 180 derajat. Pemuda berusia 18 tahun yang dahulunya adalah sosok yang polos, lugu, dan pendiam berubah menjadi berandalan yang kasar dan keras bahkan sudah beberapa kali ia diskors sekolah karena ketahuan merokok dan berkelahi dengan siswa lain. Piercing, tato, hal-hal yang menyakitkan diri sendiri itu kini menempel di tubuhnya. Semua itu hanya karena ia kehilangan seseorang yang berharga dalam hidupnya.

Namanya Hirakawa Subaru, 17 tahun. Seorang pemuda berkacamata dan berambut merah muda. Penerus keluarga Hirakawa yang terkenal akan perusahaannya. Karena statusnya itu, sikapnya menjadi agak flamboyan terhadap wanita walaupun ia sebenarnya adalah orang yang baik. Selain itu, ia berteman dengan Ren sejak kecil, walaupun sikap dan latar belakang mereka jauh berbeda.

Namun, di hari itu.

Andai saja Ren tidak menegur Subaru karena sikapnya yang seenaknya membawa wanita ke dalam kamar asrama mereka.

Andai saja Subaru tidak keluar dari asrama.

Kecelakaan tragis yang menimpa Subaru dan mengubah hidup Ren selamanya takkan pernah ada.

“Maafkan aku, Subaru, maaf…..”, Ren berbisik lirih di depan nisan Subaru. Sudah beberapa lama ia bersimpuh di sana, mengharapkan adanya balasan—-walaupun ia tahu itu takkan terjadi.

Tidak ada air mata.

Tidak ada jeritan yang meraung-raung.

Yang ada hanyalah kalimat penyesalan.

Sayup-sayup terdengar suara lirih yang tak asing lagi di telinga Ren. Pemuda berambut hitam cepak itu mendongakkan kepalanya.

“Yang seharusnya minta maaf itu aku, Ren….”

Kali ini ia melihat bayangan seseorang yang sangat ia kenal.

“Tolong maafkan aku….”

Ia berusaha menyentuh bayangan itu, namun apa daya ia tak bisa menyentuh tubuh astral sosok itu.

“Pasti berat ya, menjalani hidupmu sendirian”

Sosok itu tersenyum. Perlahan bulir-bulir airmata membasahi pipinya.

“Tidak—kau tidak salah apapun, aku yang salah! Aku…. semua itu gara-gara aku—”, ujar Ren.

“Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Kau tahu, gara-gara mengkhawatirkanmu, aku sampai tak ingin ke alam baka”, sela Subaru dengan nada menggerutu. Namun, sesaat kemudian ia tertawa.

“Tapi, syukurlah,walaupun penampilanmu agak berubah, namun kau tetap Ren yang polos, bodoh, dan baik hati yang kukenal”, Subaru menghela nafas.

Ren merasakan sensasi sentuhan di pipinya yang dengan lembut menghapus air matanya yang mulai mengalir.

“Jangan pergi….”

“Maaf, aku tak bisa”

“Tapi….”

“Kau tidak akan sendirian lagi, suatu hari nanti. Entah kapan aku juga tak tahu, tapi aku yakin akan hal itu”

Ren tertegun.

Subaru hanya tertawa, kemudian mengacak-acak rambut Ren.

“Nampaknya, sudah waktunya aku pergi”, ia membalikkan tubuhnya kemudian berjalan pergi meninggalkan sahabatnya yang terdiam menatap kepergiannya.

“Bye-bye, Ren~!”

 

-end

About princeofsymmetry

I love symmetry,action,rock music,animu,etc
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment